Profil Sutardji Calzoum Bachri: Presiden Kata-Kata dari Riau ๐Ÿ”ฅ

 

 Hai, Sobat Sastra!

Kalau kamu pernah membaca puisi yang terasa “liar”, penuh permainan bunyi, dan tidak selalu harus logis—selamat! Kamu mungkin baru saja memasuki dunia Sutardji Calzoum Bachri, salah satu tokoh puisi paling revolusioner dalam sejarah sastra Indonesia.

Ia dijuluki sebagai “Presiden Penyair Indonesia” bukan tanpa alasan. Karyanya mengubah cara orang memahami puisi: dari sekadar kalimat indah, menjadi permainan kata yang hidup dan bebas.


๐Ÿงพ Identitas Singkat

  • Nama lengkap: Sutardji Calzoum Bachri

  • Lahir: 24 Juni 1941, Rengat, Riau

  • Pendidikan: Fakultas Sosial Politik, Universitas Padjadjaran (Bandung)

  • Julukan: Presiden Penyair Indonesia

  • Angkatan sastra: Angkatan 1970-an

  • Aktif menulis: Sejak 1960-an hingga kini


✒️ Ciri Khas dan Gaya Puisi

Sutardji melepaskan puisi dari beban makna gramatikal dan logika formal. Ia memperlakukan kata sebagai makhluk hidup—bukan sekadar alat untuk menyampaikan pesan, tapi sebagai sesuatu yang bisa "menari", "berteriak", bahkan "melawan".

Ciri khas puisinya:

  • Banyak menggunakan bunyi, repetisi, dan ritme

  • Kadang tak ada struktur kalimat utuh—hanya kata-kata yang dilepas seperti mantra

  • Visual puisi di halaman juga penting: posisi kata bisa membentuk makna

  • Tema-tema spiritual, eksistensial, hingga permainan absurd

“Aku membebaskan kata dari beban makna.”
— Manifesto Puisi Sutardji


๐Ÿ“š Karya-Karya Penting

๐Ÿ“Œ 1. O Amuk Kapak (1981)

Kumpulan puisi yang membuktikan bahwa kata bisa memiliki kekuatan magis. Banyak puisi di dalamnya pendek, tapi mengguncang.


๐Ÿ“Œ 2. Amuk

Lebih eksperimental, dengan struktur yang hampir seperti “mantra”. Menekankan bunyi, irama, dan kekuatan lisan puisi.


๐Ÿ“Œ 3. Kapak

Kata-kata menjadi “kapak” yang memotong kebiasaan lama dalam sastra. Buku ini sering dianggap sebagai tonggak perubahan puisi Indonesia.


๐Ÿ“Œ 4. Tragedi Winka dan Sihka

Menggabungkan unsur mitologi dan eksistensialisme. Lebih naratif, tapi tetap dalam gaya khas Sutardji yang bebas.


๐ŸŽค Manifesto Puisi 1973

Salah satu momen paling bersejarah dalam dunia sastra Indonesia. Dalam Manifesto itu, Sutardji menyatakan bahwa:

  • Puisi bukan alat untuk menyampaikan pikiran, tapi justru cara membebaskan kata.

  • Kata bukan milik tata bahasa, tapi milik dunia puisi.

  • Penyair harus menciptakan makna baru, bukan sekadar menyampaikan yang lama.

๐Ÿ“Œ Manifesto ini mengubah arah puisi Indonesia ke jalur eksperimental dan bebas.


๐Ÿ† Penghargaan

  • SEA Write Award (1997)

  • Anugerah Seni dari Pemerintah RI

  • Satyalencana Kebudayaan

  • Puisinya dimasukkan dalam buku pelajaran dan kajian sastra akademik


๐Ÿง˜ Spiritualitas dan Lisan

Sutardji juga banyak terpengaruh oleh tradisi lisan Melayu dan spiritualitas Nusantara. Puisi baginya bukan hanya dibaca, tapi dihidupkan secara performatif. Itulah kenapa ia sering membaca puisi di panggung dengan intonasi dan irama magis, seperti membaca mantra.

Sutardji Calzoum Bachri adalah penyair yang mengubah wajah puisi Indonesia. Ia membuktikan bahwa kata bukan hanya alat, tapi makhluk hidup yang bisa bebas, menari, dan bahkan berontak. Jika Chairil Anwar meledak dalam kata, maka Sutardji menyulap kata menjadi mantra.

“Puisi adalah ruang bermain kata. Dan di sana, aku adalah presidennya.”

Kalau kamu ingin mengalami puisi dengan cara baru—bukan sekadar membaca, tapi merasakan bunyi, ritme, dan energi kata—maka baca karya Sutardji. Puisi tak akan terasa sama lagi setelah itu.


#SutardjiCalzoumBachri #PresidenPenyair #PuisiIndonesia #SastraEksperimental #ManifestoPuisi #ProfilPenyair

Komentar

Postingan populer dari blog ini

๐Ÿ“š Rekomendasi Novel Terbaik 2025

๐ŸŒฟ Rekomendasi Novel Dee Lestari: Puitis, Penuh Makna, dan Selalu Relevan ✨